Dear, Seongwoo

Written by thehunlulu ©2017

A special fic for Tia a.k.a ninegust

“Yah, ternyata kau menyadarinya juga.”

“Hai, Kak Seongwoo. Apa kabarmu?”

Dara Jung itu bergumam di depan rumah bercat abu-abu. Vokal halusnya menyapu hangatnya udara pada sore hari. Sang pujaan hati yang masih belum menampakkan batang hidungnya membuat jantung Tia Jung semakin berdebar tak keruan, alih-alih bahagia atau antusias.

“Oh? Sudah lama menunggu, Tia?”

Nah, presensi pemuda berbalut kaus biru pastel itu muncul di hadapan Tia setelah sebelumnya ia membuka gembok pagar. Ranum Seongwoo mengukir senyum simetris; manis layaknya cherry yang mampu membuat hati Tia semakin menjerit tragis.

Gadis itu lantas mengeratkan buku-buku jarinya, agak menunduk sambil memberikan satu kresek cupcake buatannya ke arah Seongwoo. “Ini untukmu Kak. Kata ibuku, tidak ada salahnya jika aku memberikan cupcake buatanku sendiri ke teman-teman atau orang-orang yang kukenal. Dan … oh ya, jika berkenan, kau bisa memberi pendapat setelah kau memakannya, hehe ….”

Demi resep rahasia Crusty Crab! Alih-alih mengucapkan terima kasih, Seongwoo dengan baik hati mempersilahkan Tia untuk masuk ke dalam rumahnya, lantas menarik halus pergelangan tangan sang adik kelas untuk menembus ambang pintu lalu duduk di atas sofa empuk berwarna merah hati. Tia tak henti-hentinya menjerit dalam hati, hendak mengelak tawaran Seongwoo namun ia tak kuasa. Rasa-rasanya, baru dua minggu mereka tidak sengaja berkenalan saat bertemu di halte bus, dan dengan waktu sesingkat ini ia bisa menginjakkan kaki di rumah seorang Ong Seongwoo? Luar biasa.

Tia terlalu lemah, omong-omong.

Ingin sekali gadis Jung itu angkat kaki dari rumah super duper mewah ini. Ia merasa … tidak pantas saja. Empat buah cupcake yang belum tentu lezat itu dibalas dengan duduk di atas sofa yang—sepertinya—impor dari luar negeri, lalu memandang aktivitas sang kakak kelas tampan yang menaiki tangga lalu turun dengan membawa sebuah buku di tangannya.

Apa? Sebuah buku?

Lagi-lagi, Tia dibuat menenggak ludah untuk kesekian kalinya saat Seongwoo berderap guna memangkas distansi antara dirinya dan si gadis.

“Ini milikmu, kan?” Seongwoo menepuk halus sebuah buku kecil berwarna merah jambu bergambar Hello Kitty tersebut, lantas memberikannya pada Tia yang tengah terbelalak lebar.

Bersamaan dengan tangannya yang terulur ragu, Tia mulai membuka suara, “Ini … dari mana kau—“

“Ssssht … jangan khawatir Nona Jung, aku melihat bukumu terjatuh saat di dalam bus, dan karena aku tidak tahu di mana kelasmu, akhirnya aku memutuskan untuk membiarkan buku itu menginap di rumahku selama beberapa hari. Dan … kalau aku tahu ternyata kita tinggal satu kompleks, mungkin aku sudah mengembalikannya jauh-jauh hari.”

Ada helaan napas lega sebelum Tia kembali berujar, “Tapi Kak, kau tidak membaca isi—OH ASTAGA! Ke mana gemboknya?!”

Lengkingan Tia nyaris membuat Seongwoo terjungkal, dan untung saja pemuda Ong tersebut berhasil meraih ujung almari tempat memajang bunga palsu di sampingnya. Demi Tuhan, apa yang harus dilakukan Seongwoo saat ini?

“Yah, ternyata kau menyadarinya juga.” Seongwoo mengembuskan napas pasrah, lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Dua hari yang lalu, Sam, anjingku, tiba-tiba naik ke atas meja belajarku dan tidak sengaja menelan gembok diary-mu. Sekarang dia masih terkapar di kandangnya karena baru saja dioperasi. Maafkan aku, ya?”

Tia yang semula memandang air muka penyesalan dari Seongwoo mendadak mengubah posisi duduknya dengan gusar. Tangannya tampak menimang-nimang diary kesayangannya tersebut. “Tidak apa-apa, Kak. Untuk apa Kak Seongwoo meminta maaf?”

Seongwoo tertegun beberapa jemang. “Itu … aku minta maaf karena telah membaca curhatanmu di dalam buku itu,” jelasnya ragu.

Ong Seongwoo bodoh! Kau bisa saja terkena kutukan naga api jika ketahuan membaca diary seorang gadis! 

Semuanya terlambat. Hendak mengelak pun sepertinya Tia sukar untuk melakukannya. Tenggorokannya bagai tercekat, lidahnya sangat kelu untuk sekadar bertanya, ‘Apa yang Kakak baca di dalamnya?’ atau ‘Kakak janji jangan beritahu rahasiaku kepada siapapun, ya!’.

“Maaf Tia, tapi aku benar-benar tidak sengaja membaca isinya dan … kurasa kau me—“

BUGH!

“Kak Seongwoo jahat! Berani-beraninya kau membaca isi diary-ku, huh?! Kau pikir keberuntungan apa yang akan kau peroleh setelah membaca rahasia seorang gadis, hah?!”

Miris. Seongwoo hanya mampu meringkuk di atas sofa ketika Tia dengan brutalnya melayangkan pukulan bertubi-tubi dengan kekuatan Kera Sakti yang gadis itu miliki. Ugh. Sebenarnya tidak sakit sih. Hanya saja … boleh kan seorang Ong Seongwoo agak besar kepala karena adik kelas impiannya diam-diam memiliki rasa pada pemuda tersebut?

.

.

.

23 April

Dear diary, kenapa Kak Seongwoo begitu menawan sih? Aku siap dipinang jika dia terus-terusan memberiku senyuman saat kami tidak sengaja bertemu di manapun, aaaakhhh aku bisa gila!!! Walaupun—yeah, aku tahu, ia tidak mungkin me-notice-ku lebih dari sebuah senyuman sampai kapanpun. Hidup ini tidak seindah dan semenarik drama Korea, sih memang. Oh ayolah, tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan pesonanya, tuh. Apa yang harus aku lakukan? 

24 April 

Dear Kak Seongwoo …

Maafkan aku karena tidak bisa menjaga kesucian mataku hari ini HAHAHAHAHA. Maafkan aku karena tidak sengaja melihatmu ganti baju di dalam lapangan indoor he he. 

Ps; omong-omong tubuhmu atletis juga, ya.

25 April

Kak Seongwoo pinanglah aku Kak.

Aku siap menjadi istrimu.

Aku siap membesarkan anak-anak kita.

YUHUUUUUU KAK SEONGWOO AKU PADAMUUUUHH~~~

.

-fin.

---

PEMBALASAN TIADA AKHIR!

09:14 PM

KUDEDIKASIKAN ONG SEONGWOO UNTUK TIA /BHAY